Sukses

Eks Presiden AC Milan Silvio Berlusconi Meninggal Dunia, Berikut Prestasi Rossoneri di Bawah Kepemimpinannya

Pengusaha yang memiliki Fininvest dan Mediaset tersebut mengakuisisi klub dan menyelamatkannya dari kebangkrutan pada tahun 1986 dan tidak lagi menjadi pemilik pada tahun 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan presiden AC Milan dan mantan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi meninggal dunia di usia 86 tahun. Berdasarkan laporan dari BBC, Berlusconi tutup usia di rumah sakit San Raffaele di Milan pada Senin (12/6/2023) waktu setempat.

Selain berkecimpung di dunia politik, Berlusconi pernah menjadi pemilik raksasa Serie A AC Milan.

Pengusaha yang memiliki Fininvest dan Mediaset tersebut mengakuisisi klub dan menyelamatkannya dari kebangkrutan pada tahun 1986 setelah menginvestasikan sejumlah besar uang, menunjuk manajer yang sedang naik daun Arrigo Sacchi sebagai juru taktik dan merekrut bintang Belanda Ruud Gullit, Marco van Basten dan Frank Rijkaard.

Berlusconi menjadi presiden AC Milan hingga tahun 2016, ketika ia akhirnya terpaksa mengundurkan diri karena diharuskan oleh hukum.

Selama era kepemimpinannya, Rossoneri menjadi salah satu klub yang paling bergelimang gelar di Eropa, khususnya Italia. Milan memulainya dengan memenangkan Scudetto pertama dalam sembilan tahun mereka pada musim 1987/1988.

Semusim berselang, Milan langsung menjuarai Piala Eropa (Liga Champions) pertama mereka setelah 20 tahun usai menang 4-0 atas tim Romania Steaua Bucuresti. Setahun kemudian, klub yang identik dengan warna merah hitam itu kembali menjuarai Piala Eropa setelah menang tipis 1-0 dari wakil Portugal Benfica.

Kemenangan tersebut menjadikan Milan tim terakhir yang memenangkan Piala Eropa dalam dua musim beruntun sebelum Real Madrid melakukannya pada tahun 2017.

Sacchi akhirnya meninggalkan San Siro pada tahun 1991 dan digantikan oleh mantan pemain Milan juga, Fabio Capello.

2 dari 4 halaman

Pelatih Berganti, Prestasi Semakin Meningkat

Di bawah arahan Fabio Capello, AC Milan sukses memenangkan Serie A dalam tiga musim berturut-turut (1992 – 1994). Dalam rentang waktu tersebut, Milan juga mencatatkan rekor 58 pertandingan tak terkalahkan di Serie A, yang akhirnya membuat klub tersebut dijuluki “The Invincibles”.

Selain itu, Rossoneri juga sukses mencapai final Liga Champions dalam tiga tahun beruntun, yakni pada 1993, 1994 dan 1995. Setahun setelah kalah 0-1 dari Marseille di final Liga Champions 1993, skuad besutan Capello saat itu akhirnya berhasil merebut Si Kuping Besar dalam salah satu kemenangan paling berkesan ketika mereka membantai Barcelona 4-0.

Pada musim 1995/1996, Capello kembali menuntun Milan untuk memenangkan gelar liga sebelum akhirnya pergi untuk menangani Real Madrid pada tahun 1996.

Setelah kepergian Capello, Milan sempat mengalami penurunan performa selama dua musim, tetapi kembali bangkit pada musim 1998/1999 ketika mereka mengangkat gelar liga ke-16nya.

3 dari 4 halaman

Kesuksesan Era Carlo Ancelotti

Periode kesuksesan AC Milan berikutnya datang di bawah arahan mantan pemain lainnya, yakni Carlo Ancelotti. Setelah pengangkatannya pada November 2001, Ancelotti membawa Milan ke final Liga Champions 2003, di mana mereka mengalahkan Juventus melalui adu penalti untuk memenangkan gelar Eropa keenam klub tersebut.

Skuad Ancelotti tersebut kemudian memenangkan Scudetto pada musim 2003/2004 sebelum akhirnya juga mencapai final Liga Champions 2005, di mana mereka dikalahkan oleh Liverpool melalui adu penalti.

Dua tahun kemudian, kedua tim tersebut kembali bertemu di final Liga Champions 2007. Kali ini, Milan menang 2-1 untuk mengangkat Si Kuping Besar untuk ketujuh kalinya. Tim ini kemudian memenangkan Piala Dunia Antarklub pertamanya pada Desember 2007.

Pada tahun 2009, usai menjadi manajer terlama kedua AC Milan dengan catatan 420 pertandingan, Ancelotti meninggalkan klub untuk mengisi kursi kepelatihan di Chelsea.

4 dari 4 halaman

Penurunan Performa dan Perginya Berlusconi

Selama periode kepemimpinan Ancelotti, klub terlibat dalam skandal Calciopoli di mana lima tim dituduh mengatur pertandingan dengan memilih wasit yang menguntungkan. Federasi Sepak bola Italia (FIGC) pun secara sepihak memutuskan bahwa mereka memiliki cukup bukti untuk menuntut wakil presiden AC Milan, Adriano Galliani.

Akibatnya, Milan awalnya dihukum dengan pengurangan 15 poin dan dilarang bermain di Liga Champions 2006/2007. Namun, penalti itu akhirnya dikurangi menjadi delapan poin, yang memungkinkan klub untuk mempertahankan posisinya di Liga Champions.

Setelah Calciopoli, rival sekota Inter Milan menjadi tim yang mendominasi Serie A. Nerazzurri berhasil memenangkan empat Scudetto. Namun, dengan bantuan skuad yang kuat seperti Zlatan Ibrahimovic, Robinho dan Alexandre Pato, serta ditambah dengan banyak sosok veteran di dalam klub, Milan merebut kembali Scudetto di musim 2010/2011, yang pertama sejak 2003/2004.

Sayangnya setelah itu klub mengalami penurunan performa yang drastis. Milan gagal terkualifikasi ke kompetisi Eropa selama beberapa tahun dan satu-satunya trofi yang diraih pada periode itu adalah Supercoppa Italiana 2016.

Akhirnya, pada 5 Agustus 2016, sebuah perjanjian pendahuluan baru ditandatangani dengan perusahaan manajemen investasi Tiongkok Sino-Europe Sports Investment Management Changxing Co., di mana Fininvest menjual 99,93 persen saham Milan seharga 520 juta euro. Dengan begitu, Silvio Berlusconi resmi tidak lagi menjadi pemilik klub saat itu.